Rome Sweet Rome, Piala Champion Pertama Liverpool FC

Thursday, November 28, 2013


1977 merupakan final pertama Liverpool FC di Liga Champion Eropa. Pertandingan final ini mempertemukan Liverpool FC melawan Borussia Moenchengladbach, ini merupakan final kedua bagi kedua klub itu setelah sebelumnya kedua klub ini bertemu pada final piala UEFA pada tahun 1973. Saat itu Liverpool FC berhasil mengalahkan Moenchengladbach dengan skor 3-2. Final ini bukan saja final pertama Liverpool, namun ini juga merupakan final pertama buat Moenchengladbach. Liverpool FC yang menyandang predikat sebagai juara bertahan piala UEFA musim sebelumnya, bersiap menghadapi pertandingan besar dan bersejarah. Pertandingan yang dilakukan di Roma itu menjadi gelar Champion pertama Liverpool FC setlah dalam pertandingan sukses mengalahkan Moenchengladbach dengan skor meyakinkan 3-1.

Liverpool FC, berhasil masuk Liga Champion setelah sebelumnya menjuarai divisi satu Liga Inggris 1975/76. Di pertemuan pertama, Liverpool FC harus menghadapi klub dari Irlandia Utara, Crusaders. Pertandingan pertama merupakan pertandingan home buat Liverpool FC, Anfield menjadi saksi atas 2 gol Liverpool yang masing-masing dicetak oleh Phil Neal melalui titik putih dan ditutup oleh John Toshack. Di pertemuan berikutnya, leg ke-2 Liverpool FC bertandang ke markas Crusaders, di pertandingan ini Liverpool FC menggila dengan menghempaskan Crusaders dengan skor telak 5 gol tanpa balas. Empat gol yang dicetak Liverpool FC terjadi di sembilan menit terakhir. Agregat 7-0 memuluskan langkah Liverpool FC ke ronde berikutnya.

Di fase berikutnya, Liverpool FC harus menghadapi juara dari Turki Trabzonspor. Leg pertama dihelat di kandang Trabzonspor. Rencana Liverpool FC untuk menghindari kekalahan gagal setelah Trabzonspor dihadiahi tendangan pinalti pada pertengahan babak ke-2. Pertandingan berakhir dengan skor 1-0 untuk keunggulan Trabzonspor. Pada leg ke-2, pertandingan dilakukan di Anfield kandang Liverpool FC. Pada pertandingan ini, Liverpool FC berusaha mengejar ketertinggalan agregat 0-1 atas Trabzonspor. Dan akhirnya, Liverpool FC dapat melumpuhkan Trabzonspor dengan skor 3-0, hasil yang membawa Liverpool FC memenangi agregat 3-1 dan berhasil melaju keperempat final melawan Saint Etienne.

Diperempat final Liverpool FC harus menghadapi finalis Liga Champion tahun sebelumnya, Saint Etienne. Seperti pertandingan sebelumnya, Liverpool FC kehilangan leg pertama setelah mengalami kegagalan di kandang saint Etienne dengan skor 0-1. Leg ke-2 kembali di helat di Anfield Stadium, yang merupakan salah satu pertandingan paling berkesan Liverpool FC di Liga Champion. Kevin Keegan membawa Liverpool FC unggul pada menit ke-2, 1-0 untuk Liverpool FC. Diawal babak kedua, bencana terjadi, pemain Saint Etienne, dominique Bathenay menyamakan kedudukan. Ini berarti tugas Liverpool FC sangat berat, mereka harus mencetak 2 gol lagi bila ingin melaju ke semi final. Agregat berpihak pada Saint Etienne, 1-2 untuk keunggulan tim dari Prancis itu. Di pertengahan babak kedua, Liverpool FC berhasil membobol gawang Saint Etienne dan merubah kedudukan menjadi 2-1 buat Liverpool FC. Agregat menjadi 2-2, namun itu belum cukup, karena aturan gol tandang mengharuskan Liverpool FC mencetak minimal 1 gol lagi bila ingin tetap melaju ke babak berikutnya. 18 menit akhir, David Fairclough masuk menggantikan John Toshack. Setelah berada 12 menit dilapangan, Fairclough mencetak gol dan membawa Liverpool FC unggul 3-1 atas Saint Etienne serta unggul agregat 3-2. Gol David Fairclough ini merupakan gol yang paling dirayakan di Anfield kala itu, dengan hasil ini, Liverpool FC berhasil melaju ke semi final bertemu juara Swis, FC Zurich.

Di semi final, langkah Liverpool FC tak terbendung, setelah menjungkalkan Zurich dikandang dengan skor 3-1, Liverpool FC kembali mengalahkan Zurich di Anfield dengan skor yang mencolok, 3-0. Agregat 6-1 atas Zurich di semi final menjadi modal Liverpool FC melangkah ke final yang dilaksanakan di Stadion Olympico Roma. Dan pada Laga final di roma itu, Liverpool FC akan menghadapi Moenchengladbach.

Di hadapan sekitar 57,000 penonton yang memadati Stadion Olympico Roma, final pertama buat kedua tim akan dimulai. Gol pertama dalam final ini di cetak oleh Terry McDermott setelah mendapat umpan dari sayap kanan yang dilesahkan Steve Heighway, Liverpool FC unggul 1-0. Setelah gol dari McDeremoot, Moenchengladbach semakin gencar menguasai pertandingan, namun tak ada tambahan gol lagi di babak pertama. Di babak kedua, ketika pertandingan baru berjalan 7 menit, Simonsen berhasil menjebol gawang Liverpool FC yang dikawal Ray Clemence, skor imbang 1-1. Tommy Smith kembali membawa Liverpool FC unggul 2-1 dimenit ke 64. Lalu pada menit ke-82, Vogts membuat pelanggaran terhadap Kevin Keegan dan berujung penalti. Phil Neal yang menjadi algojo tak menyia-nyiakan kesempatan ini, gol untuk Liverpool FC. Penalti Phil Neal meperlebar jarak menjadi 3-1 untuk keunggulan Liverpool FC. Hasil ini bertahan sampai akhir laga, dan menjadikan Liverpool FC sebagai juara sekaligus yang pertama kali di Liga Champion.


25, May 1977 20:15
Liverpool FC 3 (McDermott '28, smith '64, Neil '82)
Moenchengladbach 1 (simonsen '52)
Olympico Stadium, Roma (57,000)
Referee: Robert Wurtz (Prancis)


Berbagai sumber

Liverpool FC Dan Sahabat Beda Negara

Wednesday, November 27, 2013


Apa kalian pernah liat video di internet tentang kebersamaan Celtic dan Liverpool FC? Ya rasa kita semua tahu hal itu, Celtic dan Liverpool FC bisa selalu duduk bersama, hal ini "mungkin" dikarenakan kesamaan lagu kebesaran klub yang sama, yaitu You'll Never Walk alone. Seperti halnya Liverpool FC, Celtic juga memakai lagu ini sebagai lagu wajib mereka, jadi tak heran bila kedua klub ini bisa saling menaruh respect, meski pada kenyataannya banyak juga klub lain yang menggunakan lagu ini sebagai anthem buat klub mereka. Namun untuk hal lagu, Liverpool FC lebih dekat dan lebih melekat dengan lagu You'll Never Walk Alone. Bukan hanya Celtic, salah satu klub Jerman Borussia Dortmund juga sering memperdengarkan lagu ini saat akan mulai bertanding. Entah karena ini suatu kebiasaan lama atau baru-baru ini saya pun tak tahu pastinya. Dan, karena hal ini juga Liverpool FC sering disangkut pautkan dengan Dortmund, ya lagi-lagi karena kesamaan lagu You'll Never walk Alone. Sengaja atau ada maksud lain, terlepas dari semua itu, lagu You'll Never walk Alone ini memang mengandung banyak makna, seperti yang pernah saya tulis sebelumnya disini. Namun tahukah kalian, siapa sebenarnya sahabat Liverpool FC yang sebenarnya?

Borussia MoenchenGladbach, ya salah satu klub yang berasal dari Jerman ini merupakan sahabat bagi Liverpool FC. Bukan karena kesamaan anthem klub, namun persahabatan Liverpool FC dan Gladbach telah dimulai sejak lama, sejak mereka sering bertemu di kompetisi Eropa. Puncaknya adalah ketika final Eropa Cup di Roma pada tahun 1977. Meski saat itu Liverpool FC sanggup mengungguli Gladbach, namun supporter kedua tim merasa menemui kecocokan. Persahabatan keduanya telah terjalin sekitar tahun 1970'an, dimana saat itu Gladbach dalam masa kejayaannya. Tercatat ada 4 pertandingan yang mempertemukan kedua klub ini di era 70'an. Yang pertama adalah saat final piala UEFA 1973, saat itu Liverpool FC mampu mengungguli Gladbach dengan agregat 3-2 untuk mengangkat tropi piala UEFA. Berlanjut di final lainnya dan ini tak akan pernah terlupakan, final Eropa Cup di Roma tahun 1977, ini menjadi final pertama Liverpool FC diajang Eropa Cup sekaligus menjadi tropi Eropa pertama bagi Liverpool FC. Tahun berikutnya di tahun 1978, lagi-lagi kedua klub ini bertemu di semi-final Eropa Cup.Di leg pertama, Liverpool Fc harus mengakui keunggulan Gladbach 2-1, namun Liverpool membalasnya di Anfield dengan skor yang meyakinkan, 3-0.

Kesamaan lain yang "mungkin" menjadikan kedua supporter ini akur, bisa jadi karena MoenchenGladbach serta Liverpool merupakan sama-sama kota kelas pekerja, sehingga kedua supporter bisa saling mengerti tentang bagaimana antusias kelas pekerja dalam mendukung klub kesayangannya. Persahabatan unik ini telah terjalin lebih dari 40 tahun dan merupakan suatu kebanggaan, kita bisa bayangkan serombongan supporter pergi ke turnamen dimana klubnya tidak bermain dalam turnamen itu, semata hanya menunjukan dukungan atas apa yang telah terjalin selama ini. Dan itu menjadi sebuah rutinitas, mungkin sangat jarang ada sebuah persahabatan semacam ini.

Berikut saya rangkumkan beberapa fakta unik tentang persahabatan kedua klub ini yang saya dapat dari berbagai sumber di internet.

- Fans Gladbach rutin mengunjungi Anfield ketika musim dingin, ketika Liga Jerman sedang libur, dan fans Liverpool FC, biasanya mengunjungi Gladbach ketika awal atau akhir musim.



- Galdbach mempunyai satu sudut stadion yang didedikasikan untuk The Reds, bahkan di stadion Borussia Park ada lounge yang diberi nama Liverpool FC Suite.


- supporter Gladbach di Nord Kurve sering menyanyikan lagu You'll Never Walk Alone, Nord Kurve ini seperti halnya tribun The Kop Stand di Anfield.

- Rutinitas fans Gladbach mengunjungi Anfield sudah dimulai sejak 1992, kecuali pada tahun 2007. karena pada winter break tahun 2007, Liverpool FC menghadapi partai big match dengan bertemu Chelsea dan Everton, sehingga fans Gladbach berpikir untuk tidak mengambil jatah tiket pendukung lokal dimana saat itu sedang menjalani partai besar.

- Setiap tahun, saat berkunjung ke Gladbach, Kopites selalu diundang kelapangan untuk menyaksikan, bendera Liverpool FC dan MoenchenGladbach disatukan.

- Pada tahun 1991, fans gladbach sengaja mengunjungi Anfield untuk memberikan sumbangan sebesar 21.000 Deutchs Mark atau sekitar 7.000 Pound untuk korban tragedi Hillsborough.

Bagaimana Lads? sudah tahukan siapa sebenarnya sahabat Liverpool FC? Ya Borussia Moenchengladbach, bukan Borussia Dortmund. Mari kita semua berdoa, semoga Liverpool FC dan Moenchengladbach bisa bertemu lagi di kompetisi Eropa, dan mempererat persahabatan yang hebat ini. YNWA


Gerrard dan Partner Terbaiknya

Monday, November 25, 2013


Steven Gerrard, bukan cuma ikon dan kapten Liverpool, loyalitas dan kesetiaan Gerrard selalu menjadi perbincangan. Gerrard telah memainkan banyak pertandingan bersama Liverpool FC, dengan beragam orang yang berbeda. Beberapa orang datang dan pergi, dan membekas pada hati Steven Gerrard. Mungkin dari kita bertanya, siapa kiranya teman atau tandem terbaik Gerrard selama bermain di Liverpool FC. Beberapa nama seperti Fernando Torres, Michael Owen, Xabi Alonso, sampai yang teranyar adalah Luis Suarez. Terakhir kali Gerrard terang-terangan memuji Suarez adalah tandem terbaiknya, dan menilai Suarez ada diatas Torres dalam soal penilaian menurut Steven Gerrard. Apa yang dikatakan Gerrard sebenarnya hal yang wajar, karena saat ini, Gerrard bermain bersama Suarez. Seandainya dia kini bermain bersama striker yang lain pun, mungkin Gerrard akan mengatakan hal yang serupa, dengan mengatakan ia lah yang terbaik. Well, itu normal, namun setelah sekian lama Gerrard berada di Liverpool dan mengalami banyak perubahan dalam hal tandem Gerrard di lapangan, kira-kira siapakah tandem Gerrard yang paling cocok?

Gerrard & Owen

Ya, Owen pernah merasakan service dari seorang Gerrard, dan mereka telah tumbuh bersama sejak dari akademi Liverpool. Owen sendiri pernah mengakui bahwa, Gerrard adalah seorang tandem yang paling dapat mengerti dirinya, ya karena mereka telah bermain bersama sejak berusia 10 tahun di akademi. Mini Treble 2001 menjadi pencapain tertinggi keduanya di Liverpool, hingga akhirnya Gerrard dan Owen harus berpisah kala Owen menerima pinangan Real Madrid di tahun 2004. Kala itu Gerrard seperti tak percaya, dalam buku biografi nya Gerrard mengungkapkan kegelisahannya dengan mengatakan "Separuh jiwaku pergi ketika dia (Owen) meninggalkan Liverpool". Ya, Gerrard menganggap Owen adalah separuh jiwanya. Kesempatan kembali terbuka saat Real Madrid hendak melepas Owen, dan lagi-lagi Gerrard mencoba mengajak Owen kembali ke Anfield. Namun usaha itu gagal, Owen lebih memilih Newcastle ketimbang Liverpool. Kesempatan lain datang, ketika harus keluar dari Newcastle, kembali Gerrard membujuk Owen untuk datang ke Anfield, namun yang terjadi lebih menyakitkan, Owen memilih Mancehster United (baca: Emnyuk) dan itu jelas membuat Gerrad tak habis pikir. Gerrard menyerah, dan kini ia paham tak ada gunanya membujuk seorang pengkhianat seperti Owen.

Gerrard & Alonso

Gerrard dan Alonso pernah merasakan indahnya final Istanbul, ya keduanya pernah bermain bersama selama kurang lebih 5 musim. Gerrard pernah terang-terangan merindukan bermain bersama Alonso. Ya lagi-lagi Gerrard harus berjalan sendiri untuk sekian kalinya. Pada musim 2009, Alonso pergi meninggalkan Gerrard untuk bermain bersama Real Madrid, klub yang sama yang dulu ditapaki Owen. Setelah Alonso pergi, Gerrard seperti kehilangan sosok partner dibarisan tengah Liverpool. Keduanya pernah menjadi tandem pemain tengah yang paling baik di Premier League, dan puncaknya ketika keduanya memenangi UCL di Istanbul, dimana mereka berdua menyumbang masing-masing 1 gol pada laga final melawan AC Milan yang berkesudahan 3 - 3 di waktu normal. Ya, kesempatan untuk melepas rindu Gerrard kepada Alonso terbuka seiring belum setujunya Alonso untuk menandatangani perpanjangan kontrak dengan Real Madrid, bukan hanya Gerrard, seluruh Kopites yakin bila nanti alonso akan kembali ke Liverpool. Namun, agaknya, kesempatan itu menjauh setelah beberapa pekan lalu Alonso memutuskan untuk menyetujui perpanjangan kontrak bersama Real Madrid. Well, tapi kita tidak tau bagaimana nanti kedepannya, dalam sepak bola selalu banyak kejutan.

Gerrard & Torres

Fernando "Judas" Torres, salah satu partner terbaik yang pernah bermain bersama Gerrard. Torres tau kemana Gerrard akan mengumpan dan Gerrard tau kemana Torres akan berlari. Kebersamaan mereka telah menciptakan duet pemain tengah dan striker yang sangat unik. Ya, lagi-lagi Gerrard harus merasakan pahitnya ditinggal seorang yang telah menjadi partner dan tumbuh dalam hati sepak bolanya. Ya Torres membelot ke Chelsea dimana detik-detik terakhir bursa transfer ditutup, dan itu sangat mengejutkan Gerrard, Gerrard sendiri mengakui, betapa hatinya sangat hancur ketika mengetahui kalau Torres telah pindah ke salah satu pesaing Liverpool. Dan bukan hanya hancur karena partenernya itu meninggalkan Gerrard sendiri, namun keputusan Torres untuk berseragam biru Chelsea membuat Gerrad juga nyaris membenci Torres. Satu yang paling melukai Gerrard adalah, fakta bahwa Torres berlabuh ke Chelsea, tim yang menjadi seteru Liverpool. Dan sekali lagi, Gerrard harus menerima kenyataan ditinggalkan salah satu partner terbaiknya sekaligus yang paling melukainya.

Gerrard & Suarez

Yap, saat ini Suarez adalah tandem yang dianggap Gerrard sebagai yang terbaik. entah pernyataan Gerrard ini adalah sebuah ungkapan untuk menutupi sakit hati atas ditinggalkan Torres atau benar-benar tulus. Ya, kepergiaan Torres jelas sangat melukai Gerrard dan seluruh Kopites, masih teringat dan sangat dalam. Belum lama ini Gerrard mengungkapkan kalau kualitas Suarez ada diatasa mantan partnernya itu. Hal yang menarik adalah ketika jeda musim 2012/2013, kala itu Suarez sempat diisukan akan hengkang seiring memang pernyataan Suarez menyatakan tak menutup kemungkinan dirinya untuk hengkang. Tak ingin ditinggalkan untuk kesekian kalinya, Gerrard berusaha keras untuk membujuk Suarez agar tetap bertahan. Dan sampai tulisan ini dibuat, hal itu tak sia-sia, Suarez tetap bertahan di Liverpool, dan menjadi momok menakutkan di barisan depan Liverpool bersama Daniel Sturridge. Ya semoga saja, duet Gerrard dan Suarez akan membawa Liverpool menuju gelar liga premier, gelar yang paling di idam-idamkan Gerrard selama ini.

Okay Kop, kira-kira siapa partner terbaik Gerrard selama membela Liverpool? Owen? Alonso? Torres? atau Suarez? Kesemuanya dianggap gerrard sebagai partner yang baik buat dirinya. Namun bila diliat dari beberapa tulisan diatas, siapapun partner-nya, Gerrard tak pernah meredup, selalu konsisten dan bisa menyesesuaikan gaya bermainnya dengan partner-nya yang baru.

Jadi menurut saya, tak ada partner Steven Gerrard yang benar-benar baik dan setia kecuali "bola & skillnya". Ya setelah melalui beberapa pergantian, Gerrard sama sekali menunjukan penurunan kualitas, karena apa yang sebenarnya ada pada Gerrard adalah kecintaan akan sepak bola dan Liverpool FC. Berbeda dengan Owen dan Torres, Owen yang kala itu pergi ke Madrid jelas tak bisa bermain sebagus kala di Liverpool, tak ada orang yang sanggup mengerti Owen di Madrid seperti Gerrard ketika berseragam Liverpool. Begitu pula ketika bermain untuk Newcastle dan Manchester United (baca: emnyuk). Begitu pula Torres, selepas pindah ke Chelsea, ketajaman Torres seakan menghilang, torehan gol Torres pun jauh dari statistik ketika masih berseragam Liverpool. Tapi Gerrard? ditinggal Owen dan Torres tak membuat permainan Gerrard menurun, Gerrard tetap membuktikan kelasnya sebagai pemain besar. Dengan siapapun Gerrard ber-partner, Gerrard selalu menunjukan permainan yang bagus, ya karena pada dasarnya partner Gerrard adalah "BOLA dan SKILL". Gerrard tau bagaimana memainkan bola, bukan bagaimana dan siapa partnernya. Saya sendiri masih yakin Gerrard akan tetap dalam performa terbaiknya dengan siapa pun dia bermain.

Thanks for our captain Steven Fantastic Gerrard

Liverpool FC, Adik Yang Selalu Membuat Masalah

Friday, November 22, 2013


Dalam tulisan ini, saya akan mencoba melengkapi kisah tentang derby merseyside yang sebelumnya telah saya tulis. Namun kali ini saya akan mencoba mengulas tentang bagaimana Liverpool FC yang menjadi adik kandung Everton yang selalu membuat masalah. Liverpool sebagai saudara muda Everton memang bisa dikatakan "ngelunjak" dalam arti Liverpool selalu membuat masalah buat kubu Everton. Kali ini saya coba menuliskan beberapa kejadian yang membuat kubu Everton semakin membenci adik kandungnya ini.

Yang pertama, seperti kita tahu, sebelum Liverpool FC, Anfield adalah rumah buat Everton. Sampai saat Houlding mengusirnya karena tak menyanggupi uang sewa yang naik. Selepas Everton pergi dari Anfield, lahirlah Liverpool FC yang mau tak mau harus diakui sebagai adik oleh Everton. Dan lucunya, Everton disingkirkan dari rumahnya -Anfield- oleh adik barunya. Mungkin sekilas kita berpikir ini hanya masalah home base, namun bila kita pikirkan lebih dalam, sakit hati itu sangat terasa buat kubu Everton, hal itu mereka luapkan dengan sering mengatakan Liverpool FC sebagai penghuni liar Anfield.

Berikutnya, meski Liverpool FC lebih muda dari Everton, namun masalah prestasi Liverpool FC lebih unggul dari sang kakak. Sampai saat tulisan ini saya tulis, untuk Liga Inggris Liverpool FC telah mengemas 18 gelar Liga Inggris, dua kali lipat lebih banyak dari punya sang kakak yang masih mengoleksi 9 gelar. Untuk urusan koleksi gelar, fans Liverpool FC lebih bisa tersenyum lebar, si merah sering mengejek dengan membelokan singkatan EFC yang semestinya Everton Football Club menjadi Empty F**kin' Cabinet.

Dan selanjutnya, pada era 1980'an Everton merupakan tim yang cukup tangguh, dan merupakan era terbaik buat Everton. Puncaknya adalah ketika 1985 saat Everton berhasil menjadi juara Liga. Dan seperti yang kita tahu, pada tahun saat itu terjadi tragedi kelam Heysel, yang mengakibatkan hukuman buat klub-klub Ingrris dilarang tampil dalam hajatan UEFA selama 5 tahun. Ya, kala itu sang kakak pun terkena imbasnya, yang mustinya masuk dalam Liga Champions akhirnya harus puas gigit jari karena hukuman atas Tragedi Heysel.

Belum puas, sekali lagi sang adik yang nyaris menggagalkan sang kakak untuk berlaga di Liga Champions, tentu kita masih ingat tentang keajaiban Istanbul. Ya saat itu Liverpool yang menjadi juara di Istanbul hanya mampu menempati posisi ke-5 di Liga. Dan jelas itu bukan posisi yang mendapatkan jatah Liga Champions, namun karena Liverpool FC pada tahun itu menjadi juara dan berhak untuk mempertahankannya, maka UEFA memutuskan untuk memaksakan Liverpool untuk tetap dapat mengikuti Liga Champions meski mengharuskan Liverpool bertanding lebih awal. Memang Everton tetap dapat jatah Liga Champions, namun hal ini sempat menjadi perdebatan yang tentunya membuat kubu Everton sempat ketar ketir, meski pada akhirnya Everton tetap disingkirkan Villareal dibabak awal.

Sudah tentu hal diatas jelas menimbulkan sentimen dan kebencian sang kakak terhadap adik sekandungnya itu. Hal itu terlihat dari dua dekade terakhir dalam derby Merseyside, yang dahulu merupakan Friendly Derby, dengan banyaknya pendukung yang bersebelahan karena memang tak ada aturan untuk pembatsan supporter dalam derby ini. Namun kini pemandangan itu sudah sangat jarang kita lihat, ya meskipun masih ada namun tak seperti saat sebelum dua dekade ini.

Namun betapun sengitnya persaingan diantara kakak-adik ini, dalam moment-moment tertentu mereka tetap saling respect, paska terjadinya tragedi Hillsborough, sang kakak juga ikut mencekal surat kabar The Sun. Hal ini sebagai ungkapan respect terhadap sang adik yang telah diberitakan menjadi biang keladi oleh surat kabar The Sun.

Terakhir buat sobat kopites, untuk melengkapi pengetahuan bagaimana sebenarnya persaingan Everton - Liverpool FC, bisa tonton film Reds and Blues The Ballad of Dixie and Kenny. Film ini mengisahkan bagaimana kehidupan bertetangga di kota Liverpool dengan warna yang berbeda.

Keep Reds and You'll Never Walk Alone




Hey Bill, Terima Kasih

Thursday, November 21, 2013


Desember 1959, seorang pria yang sepertinya ambisius datang ke kota Liverpool. Dan sepertinya dia sadar, dia berada di sebuah tempat kelas dua di kota yang sekarang dipijak tepat diatas kakinya. Dia juga sangat sadar, di kota ini tak ada teman atas antusias yang dia bawa. Tak ada yang peduli dengan kedatangannya, atau mungkin memang tak penting untuk dipedulikan. Tapi, dia tak bergeming, dan tetap melanjutkan rasa antusias nya dan membawanya memasuki kota yang kelak dia yakin menjadi sebuah kota yang besar dalam jagat sepak bola dunia. Pria ini tak hanya membawa sekeranjang keyakinan, namun dia juga menyiapkan sekarung pemikiran yang akan membawa perubahan dalam memandang sebuah pertandingan. Pria ini yang memaksa kebanggaan dalam hati tiap prajurit dengan logo burung liver di dadanya. Namun itu semua tak cukup, seakan seisi kota lebih pesimistis dari yang "mungkin" ia bayangkan. sekali lagi, dia tak bergeming, dan berjalan sesuai keyakinannya untuk sebuah kebanggaan atas ribuan warga kota dan fans hingga kini.

Bill, ya pria itu bernama Bill, pria sosialis yang tak pernah lepas sedikitpun dari permasalahan sepak bola. Bill diangkat menjadi manager Liverpool FC yang kala itu bermain di divisi II Liga Inggris. Mungkin saat itu banyak yang meragukan tentang kualitas Bill, maklum sebelumnya Bill juga bukan seorang pelatih klub besar, Bill direkrut dari klub Huddersfield yang kala itu berada satu divisi diatas Liverpool FC. Awal yang mencengangkan, Bill merevisi pasukannya, dan hasilnya, kurang lebih 24 pemain dipecat dan Bill mendatangkan beberapa pemain yang menurutnya lebih berkualitas. Hal ini jelas merupakan tindakan gila, 24 orang bukanlah sedikit, orang sebanyak itu bisa untuk membuat 2 tim sepak bola, dan lagi-lagi dia terlalu keras untuk dicegah. Dia menggantinya dengan pemain yang berkualitas, dan hampir setiap musimnya Bill selalu bertengkar dengan staff direksi klub demi menuntut perbaikan di tiap sudut klub ini. Bukan hanya pasukannya, semua hal tak luput dari pantauan Bill, mulai dari tempat latihan, porsi makan, program diet dan bagaimana melakukan istirahat yang benar. Ketika semua itu telah berjalan sesuai keinginannya, saat itulah sebuah pondasi kokoh telah ia bangun untuk sebuah klub yang menjadi kebanggaan Merseyside saat ini.

Bill, memimpin Liverpool kembali ke kasta tertinggi persepakbolaan Inggris, pass and move yang menjadi senjata ampuh milik Bill mulai menebar ancaman buat klub-klub lain. Belum puas, Bill tetap saja berdebat setiap musimnya untuk meminta perbaikan dalam tubuh tim, dia mencari sendiri bakat-bakat muda pesepak bola. menanamkan kebanggaan pada setiap pasukannya, jelas Bill sadar akan makna sebuah kebanggaan. Bila seorang berjalan dengan sebuah kebanggaan, maka tak akan ada hal yang dapat menghalangi langkah orang tersebut. Dan dia juga meyakinkan kepada seisi warga kota tentang kebanggaan dan pentingnya menjadi yang terbaik. Dalam suatu ketika, Bill pernah berujar “Jika saya jadi tukang sampah, maka saya akan jadi tukang sampah terbaik di Liverpool. Saya akan buat Liverpool jadi kota terbersih di dunia. Saya akan mengajak semua tukang sampah bekerja sebaik mungkin, dan saya akan pastikan mereka dibayar dengan pantas. Tapi mungkin ada orang yang bertanya, buat apa menghargai tukang sampah atas pekerjaan yang semua orang bisa lakukan? Tapi saya akan bertanya balik, mengapa mereka menganggap diri mereka lebih penting dari tukang sampah? Saya akan bertanya seberapa bangga mereka jika kota mereka jadi kota terbersih di dunia? Dan siapa yang akan membuat mereka bangga? Tukang sampah,” ujar Bill dalam satu wawancara.

Liverpool FC berubah menjadi klub yang penuh harapan, dan kini suppoter mulai yakin dengan apa yang telah dilakukan Bill, puncaknya ketika Liverpool berhasil promosi ke divisi 1 pada 1961/1962 dan merebut juara liga pada musim 1963/1964. Tak sampai disitu, Bill juga mengantarkan Liverpool berlaga di kompetisi Eropa dan menjadi salah satu klub yang paling disegani di daratan Eropa dan mulai terkenal di dunia. Hingar bingar Liverpool FC dikancah sepak bola telah merubah kota yang dulu tak mempunyai antusias menjadi kota dengan salah satu klub sepak bola terbaiknya. Setelah 15 tahun Bill membangun Liverpool dengan penuh kejujuran dan kebanggaan, akhirnya Liverpool FC dan Bill berpisah, setelah mempersembahkan gelar piala FA ditahun 1974, Bill benar-benar pensiun dan menunjuk Bob sebagai penggantinya. Namun Bill tak sepenuhnya hilang dari Liverpool, Bill masih sering terlihat ketika tim sedang berlatih, lengkap dengan pakaian seorang pelatih. Hal ini jelas tak mengenakan Bob yang telah resmi menggantikannya, ini jelas mengganggu kinerja Bob yang memang kini lebih berhak untuk mengatur klub. Hingga akhirnya Bill tak boleh lagi mengunjungi Melwood, sebuah tempat yang dulu ia bangun dengan tangannya sendiri.

Meski begitu, Bill masih sering menyaksikan Liverpool FC bertanding, awalnya Bill masih sering terlihat duduk ditribun direksi, namun lama-kelamaan Bill harus menepi dan menyaksikan Liverpool dari tribun The Kop. Tak ada lagi keributan di tiap musimnya dengan para direksi klub, dan yang sangat disesalkan adalah tak adanya tawaran untuk Bill untuk sekedar menduduki jabatan sebagai direksi. Untuk sekedar mendapatkan tiket pertandingan pun, Bill pernah menulis dalam buku biografinya, "Tentu saya akan senang bila diundang untuk menyaksikan laga tandang ke klub lain, namun saya menunggu, dan menunggu, dan menunggu sampai saya lelah menunggunya". Hal yang tak baik tentunya mengingat betapa besar Bill telah membangun suatu pondasi yang kokoh dalam tubuh Liverpool FC.

7 tahun setelah Bill pensiun, peristiwa besar dalam perjalanan Liverpool FC terjadi. Bill seorang yang antusias, jujur dan mempunyai kebanggaan yang tinggi terhadap Liverpool telah meninggal dunia. Di usi 68 tahun, seorang pria yang dahulu tak pernah digubris,  hingga akhirnya dia membuat perubahan besar pada Liverpool FC, dan tentu juga perubahan pada kota Liverpool secara umum, kini telah tiada. 11 bulan setelah kepergian Bill, sebuah gerbang disalah satu sisi stadion Anfield didedikasikan untuk mengenang betapa berjasanya seorang Bill. Dan untuk melengkapi kebanggaan nya, dibangunlah sebuah patung Bill di sebuah sisi Anfield Stadium dengan gestur terkenalnya yang membentangkan kedua tangannya.

Dalam hal sepak bola, tak ada yang mengalahkan Bill, dimanapun Bill berada, maka garis wajahnya seakan mengisyaratkan tentang si kulit bundar. Begitulah kisah tentang Bill, kisah seorang pria dengan tekat dan kebanggaan terhadap klub yang ia cintai LIVERPOOL FC. Seorang manager klub yang menjadi idola para fans, bahkan mungkin pada era Bill, tak ada pelatih yang dicintai supoorter nya layaknya Bill. Houlding mungkin yang pertama kali membangun Liverpool FC, tapi Bill yang menyempurnakan apa yang dibangun Houlding, bila tak ingin disebut, pembangun baru Liverpool FC. Hey Bill, kami merindukan mu, terima kasih Bill untuk segala kebanggaan yang telah kau tanamkan kepada kami, kepada para kopites. Mungkin kami tak pernah mengenal mu secara langsung, bahkan kami tak hidup dimasa ketika kamu membangun klub ini, tapi kami jelas menghargaimu Bill.

Hey Bill... Terima Kasih... You'll Never Walk Alone





Sumber cerita: Berbagai sumber

Kopites, Loyalitas Tak Mengenal Thropy

Saturday, November 16, 2013


Beberapa terakhir ini, saya banyak melihat postingan di facebook yang menjelaskan tentang berapa banyak thropy yang dimenangkan tiap klub dan membandingkannya. Menjelaskan berapa banyak tim ini juara UCL, berapa banyak juara EPL dan lain-lain. Terus terang, saya pribadi tak terlalu antusias membahas hal-hal semacam itu. Membandingkan Liverpool dengan klub lain serta mempertegas beberapa gelar yang jumlahnya melebihi tim lain. Menurut saya, hal ini justru terlihat seperti orang yang kehabisan bahan untuk menunjukan kalau tim kesayangannya adalah tim besar. Bukan saya tak menghargai sejarah, tapi biarlah sejarah tetap jadi sejarah, tanpa mempertegas pun, semua orang sudah tau akan hal itung-itungan thropy seperti itu. Saya sendiri mencintai Liverpool tak peduli seberapa banyak thropy yang ada di lemari Liverpool, saya mencintai Liverpool karena memang saya mencintai klub ini. Toh dari awal saya mengenal Liverpool, sekitar awal 90'an, belum pernah sekalipun saya menyaksikan Liverpool menjuarai Premier League. Tapi itu bukan alasan saya untuk tak memilih Liverpool sebagai klub yang saya dukung, terkadang untuk mendukung suatu hal, kita tak butuh thropy atau gelar yang semacamnya.

Saya hampir lupa tepatnya, yang pasti saat itu gawang Liverpool dijaga oleh seorang yang eksentrik dengan jersey bernama Grobelaar. Entah apa yang mendorong saya untuk menyukai kiper setengah botak ini, saat kawan-kawan saya lebih memilih siapa yang mencetak gol, justru saya malah memilih siapa yang menggagalkan sebuah gol. Sayang nya, saya tak banyak menyaksikan aksi Grobelaar dibawah mistar gawang Liverpool, karena keburu digantikan oleh David james. Dan saat itu pula saya mengenal Liverpool. Saya sendiri tak pernah tau seperti apa Liverpool, dan bagaimana reputasi Liverpool, tetapi saya sudah terlanjur memilih Liverpool sebagai favorit, tentu karena Bruce Grobelaar awalnya. Tapi tak salah saya menjadikan Liverpool sebagai klub idola saya, karena setelah bertanya dengan seorang tetangga yang senior, dia bercerita kalau Liverpool merupakan klub yang cukup sukses di Inggris dan Eropa. Namun diawal pertengahan tahun 90'an, tak banyak pertandingan-pertandingan Liverpool yang saya tonton. Saat itu saya masih duduk di Sekolah Dasar, dan lebih sering bermain diluar rumah bersama teman-teman dari pada menyaksikan bola. Satu pertandingan full yang saya tonton dan saya ingat sampai sekarang adalah ketika Liverpool berhadapan dengan Newcastle. Saat itu lini depan Liverpool diisi oleh duet kesukaan saya, Robbie Fowler dan Stan Collymore. Hal yang paling saya ingat dalam pertandingan itu adalah ketika Collymore mencetak gol dari sisi kiri gawang Newcastle untuk membawa Liverpool memenangkan pertandingan. Menurut saya itu adalah salah satu pertandingan favorit saya bersama final Istanbul dan final FA melawan West Ham United. Pemain-pemain seperti Jason McAteer, McMannaman, dan David James adalah yang paling saya sukai sesudah kedua yang saya sebutkan diatas.

Pada pertengahan awal 90'an, sepak bola bergeser ke Liga Italia. Seperti kebanyakan orang, saya yang kala itu masih "hijau" pun bergeser mulai menyaksikan Liga Italia yang memang lebih banyak ditayangkan di TV lokal, itupun tak banyak yang saya saksikan. Pada periode sekitar 97, nama Michael Owen mulai dikenal, dan saya mulai kembali merasakan antusias dengan Liga Inggris, dan tentunya Liverpool. Sampai pada puncaknya, ketika saya harus bergadang untuk menyaksikan Michael Owen dan kawan-kawan menjuarai Piala UEFA, setelah menang adu penalti dengan Alaves. Setelahnya, saya mulai agak sering menyaksikan Liverpool bertanding, ya meski saya tak banyak menyaksikan Liverpool bertanding, namun yang menarik, setiap ada kesempatan untuk memilih klub favorit, saya selalu menyebut Liverpool sebagai klub idola saya. Dari seorang Bruce Grobelaar, kini saya mencitai Liverpool, bukan karena thropy, dan bukan karena gelar juara yang melimpah. Fakta yang harus saya terima, sampai detik saya menulis tulisan ini, saya belum pernah melihat Liverpool mengangkat Thropy Liga Inggris, namun itu bukan berarti saya harus meninggalkan Liverpool dan mencari alasan untuk berpaling dari klub yang saya sukai dari kecil. Sama seperti kalian, saya pun banyak menerima ejekan dari fans yang menjadi rival, tapi saya mencoba untuk tidak menghitung-hitung jumlah thropy yang sejatinya tak pernah saya melihatnya secara langsung diangkat oleh pemain Liverpool.

Bila saya boleh bertanya pada kalian, berapa banyak kalian menyaksikan Liverpool mengangkat UCL? Bila pertanyaan itu saya jawab, maka jawabannya adalah, SATU!! Ya, final Istanbul adalah pertama kali saya menyaksikan Liverpool mengangkat thropy UCL sejak saya memutuskan untuk menjadi fans Liverpool. How about you?? Lalu, kapan kita melihat Liverpool menjuarai Premier League? Dan lagi-lagi, bila saya yang menjawab, jawabannya adalah, BELUM PERNAH!! Ya, terakhir Liverpool menjuarai EPL, adalah ketika musim 1989/1990. Dan ditahun itu, usia saya baru 5 tahun dan masih baru-barunya mengenal yang namanya bola ditendang. Terkadang sebagian dari kita, melupakan fakta ini dan lebih memilih menghitung jumlah thropy yang ada. Dengan mendukung Liverpool saja itu sebuah kebanggaan, Liverpool adalah klub besar, bermain diantara klub-klub di liga terbaik didunia. Biarkan saja mereka memamerkan thropy mereka, toh memang faktanya seperti itu, mungkin ada hal besar yang harus diingat oleh rival-rival kita, kita punya LOYALITAS!

Cukup sudah kita berhitung soal thropy, dan cukup sudah kita menjabarkan sejarah yang ada, ingat, apa yang diinginkan Steven Gerrard adalah gelar EPL. Kini saatnya kita banggakan loyalitas kita dalam mendukung klub kesayangan kita, kita percayakan sepenuhnya segala sesuatunya kepada staff dan pemain di lapangan. Percayalah, Liverpool akan mengangkat thropy Liga Inggris dan menambah jumlah serta melewati rival-rival kita. Agar tak hanya UCL yang kita banggakan, tapi juga menjadi yang terbaik di Inggris. Keep support and you'll never walk alone...

Steven Gerrard, Too Good To Be True

Friday, November 15, 2013


Steven Gerrard, ya sebuah nama yang tak asing lagi di ranah sepak bola, bukan hanya di Inggris yang menjadi negara Gerrard, namun seantero dunia juga mengenalnya sebagai seorang pemain sepak bola. Satu hal yang mungkin dapat kredit plus dari pemain ini adalah tentang loyalitas-nya terhadap klub yang ia bela, Liverpool FC. Tak banyak pemain yang selama kariernya hanya membela satu klub saja, mungkin Gerrard lebih beruntung karena tumbuh dan berada di salah satu klub terbesar di dunia. Namun fakta yang ada, banyak pula pemain yang hinggap dan pergi karena berbagai alasan yang mungkin bersifat pribadi. Tak banyak thropy yang dimenangkan Gerrard bersama Liverpool, dan tak pernah pula Gerrard bermasalah dengan kontraknya, entah itu dari segi gaji atau hal yang lainnya. Kecintaan Gerrard terhadap Liverpool FC memang kecintaan yang tulus terhadap klub yang ia idolakan sejak kecil. Gerrard memahami arti loyalitas itu dengan penuh kecintaan, bukan karena materi atau thropy. Seandainya, Gerrard adalah orang yang haus akan gelar dan materi, mungkin bila thropy atau materi yang menjadi ukuran seorang Gerrard, bisa saja ia telah lama meninggalkan Liverpool. Tapi, Gerrard lebih memilih bertahan dan berjuang bersama klub yang ia cintai dari kecil.

Buat seorang Gerrard tak sulit untuk berpindah klub untuk sekedar mengejar thropy, Gerrard merupakan seorang pemain yang komplit dengan skill yang sangat memumpuni. Bukan hanya memberi umpan seperti kebanyakan pemain-pemain tengah lainnya, Gerrard juga sangat piawai mencetak gol. Gerrard too good to be true, ya Gerrard itu lebih fantastik dari yang kita bayangkan, berikut beberapa alasan yang menjadi alasan saya kenapa Gerrard itu sangat fantastis.

The Motivator

Tentu masih jelas teringat bagaimana keajaiban di Istanbul, ya sebuah drama yang paling heroik dalam sejarah final piala Champions. Bagaimana ketika Liverpool harus runtuh di babak pertama dari AC Milan dengan skor 3 - 0. Secara psikis, jelas hasil ini adalah semacam hook telak yang tepat mengenai wajah pemain-pemain Liverpool saat itu, menghancurkan mental dan merusak gairah bermain. Terlepas dari instruksi Benitez yang kala itu -konon- memberikan semacam shock terapy di jeda babak pertama, sosok Gerrard-lah yang menjadi bagian penting di lapangan. Gol Gerrard menjadi awal point untuk Liverpool, tak banyak selebrasi, hanya mengayunkan tangan keatas sebagai isyarat agar tim cepat bangkit. Dan apa yang terjadi? Hanya dalam tempo 6 menit, Liverpool meruntuhkan kedigdayaan AC Milan malam itu, skor pun imbang 3 - 3, dengan dua gol tambahan dari Vladimir Smicer dan Xabi Alonso yang menyambut bola muntah yang sempat di blok oleh Dida. Gerrard adalah aktor dibalik pinalti yang diterima oleh Liverpool, sehingga membuahkan gol ketiga. Mungkin Roy Keane tau bagaimana cara memotivasi sebuah tim, tapi Gerrad juga dapat melakukan hal itu dengan sangat baik.

Super Passing

Gerrard merupakan pemain yang handal dalam hal passing, hal itu tak perlu diragukan lagi. Sampai dengan pekan ke-11 ini, Gerrard telah melakukan passing sebanyak 440 dengan persentase akurasi sebesar 85,50%. Gerrard dapat mengirim umpan dari jarak yang jauh dengan tingkat akurasi yang tinggi. Boleh saja Paul Scholes membanggakan kalau dia paling tau cara melakukan passing, tapi Gerrard juga bisa melakukan passing jauh lebih baik dari Scholes.

Great Tackling

Sebagai pemain tengah, tugas Gerrard juga memutus aliran bola lawan, dan Gerrard adalah ahlinya. Beberapa pemain telah merasakan tackling Gerrard yang sangat ampuh ini. berikut saya beri link kehebatan seorang Steven Gerrard dalam melakukan tackling. Klik disini untuk melihat rangkuman tackling Gerrard dibeberapa pertandingan. Bila apa yang dibanggakan fans Arsenal terhadap Patrick Viera adalah kemahiran tackling-nya, Gerrard pun dapat melakukan itu dengan sangat baik.

Heroic Goal Maker

Sebenarnya membuat gol bukanlah tugas seorang pemain tengah macam Steven Gerrard, tapi lagi-lagi ia membuktikan kelasnya sebagai seorang pesepak bola. Dan hebatnya, gol-gol yang dibuat Steven Gerrard adalah gol yang spektakuler, dan banyak diantaranya sangat menentukan. Tentu kita ingat bagaimana pada UCL 2005 ketika Liverpool mengharuskan menang dengan selisih 2 gol dengan Olympiakos guna meloloskan Liverpool ke fase berikutnya. Gol Ketiga Liverpool kala itu menjadi penentu kelolosan Liverpool untuk akhirnya melaju dan memenangkan UCL melawan AC Milan di final Istanbul. Atau gol Gerrard pada final piala FA ketika melawan West Ham United, dimana Gerrard mencetak 2 gol penyeimbang yang akhirnya Liverpool menang dalam drama adu penalti. Hingga kini, Gerrard telah mengoleksi 100 gol selama karier sepakbola-nya, dan itu masih mungkin bertambah lagi. Cristiano Ronaldo mungkin jadi pemain tengah paling produktif, tapi Ronaldo tak menjaga kedalaman tim seperti halnya Gerrard. Bila kalian beranggapan Lampard yang "terbaik" dalam mencetak gol, maka Gerrard adalah yang "paling terbaik".

Dari beberapa alasan saya diatas, jelas sudah bila Steven Gerrard adalah pemain terbaik diposisinya. Seorang pemain tengah yang komplit, bukan saja bermain di tengah, bahkan Gerrard pernah diposisikan sebagai bek kanan ketika bermain di timnas Inggris atau ketika diperlukan di Liverpool. Jadi menurut saya, ungkapan Steven Gerrard, Too Good To Be True adalah ungkapan yang sesuai. Diluar dari loyalitas seorang Gerrard, skill dan segalanya yang bersangkutan dengan sepak bola adalah luar biasa.

Steven Gerrard is Our Fantastic Captain

Derby Merseyside

Tuesday, November 12, 2013


Derby Merseyside, atau yang biasa dikenal dengan Friendly Derby ini adalah derby yang mempertemukan dua klub besar asal kota Liverpool. Liverpool versus Everton merupakan salah satu derby panas di tanah Inggris. Selain itu, derby ini merupakan derby dengan rekor kartu merah terbanyak di Liga Inggris. Namun bukan hanya panas, derby Merseyside juga merupakan salah satu derby paling unik, karena dalam derby ini tidak berlaku pembatasan supporter untuk kedua tim. Hal ini dikarenakan banyak diantara mereka yang mendukung Liverpool atau Everton merupakan satu keluarga. Maka tak heran bila dalam derby ini kita akan menyaksikan supporter Everton berdampingan dengan supporter Liverpool di tribun. Saat-saat menantikan pertandingan di luar stadion pun, biasanya mereka bercengkrama bersama meski berbeda warna.

Konon, sangat sulit sekali untuk kita yang tidak berlangganan tiket terusan untuk mendapatkan tiket derby ini. Kalaupun bisa dapat, bisa jadi kita musti merogoh kocek yang sangat mahal itupun "mungkin" kita mendapatkannya dari calo. Mungkin buat mereka penduduk Liverpool, derby ini sangat berarti, karena dalam derby inilah pembuktian siapa yang terkuat atau siapa penguasa sebenarnya kota Liverpool, Everton Atau Liverpool. Atau bisa jadi mereka berfikir, "Ini urusan kami, orang luar tak perlu ikut campur". Mungkin hal itulah yang membuat tiket sangat mahal ataupun sulit untuk didapat saat Derby Merseyside ini akan bertanding. Disinilah gengsi dan kehormatan masing-masing klub dipertahankan, mungkin bisa jadi, mempengaruhi hari-hari berikutnya di kota Liverpool. Bagi kedua klub, mungkin derby ini sangat penting ketimbang menjuarai suatu turnamen lain, bagi Everton, penting untuk bisa mengalahkan Liverpool, untuk membuktikan kalau merekalah sang kakak yang seharusnya lebih berkuasa. Dan bagi Liverpool, mengalahkan Everton merupakan hal penting untuk mempertahankan superioritas-nya terhadap kakak tertuanya itu.

Berikut adalah data dan fakta tentang Derby Merseyside:

Dendam Sang Kakak

Everton merupakan klub kota Liverpool sebelum Liverpool FC lahir. Everton-lah penghuni Anfield Stadium sebelum akhirnya diusir karena tak mau menyanggupi kenaikan harga sewa stadion. Lalu Holding selaku pemilik akhirnya membentuk klub sendiri yang bernama Everton juga, namun kali ini Everton-nya Holding harus mengakui bahwa Everton yang sekarang adalah yang berhak memakai nama Everton FC. Akhirnya Holding memilih memakai nama Liverpool FC untuk klub barunya itu. Ternyata... tak disangka, perselisihan dua saudara ini bermula dari uang, dimana Holding menaikan harga sewa dan Everton enggan mengikuti kenaikan harga sewa itu. :D

Terlahir Dari Rahim Yang Sama

Ya, Liverpool dan Everton terlahir dari rahim yang sama, yaitu Anfield. Jadi bisa dibilang, Everton sebenarnya tak pernah menjadi tamu dalam Derby Merseyside ini, saat bermain di Anfield yang menjadi kandang Liverpool, sesungguhnya Everton kembali ke rumah lama mereka.

Derby Terlama Liga Inggris

Sampai saat ini, Derby Merseyside masih menjadi derby telama di kasta teratas Liga Inggris. Tercatat derby ini sudah ada sejak 1962. Pertandingan Everton versus Liverpool selalu setia berada di Liga Inggris dengan waktu yang paling lama dari derby manapun. dan jika prestasi Liverpool dan Everton digabungkan, maka kota Liverpool menjadi kota yang paling berprestasi di daratan Inggris.

Kakak-Adik Yang Saling Mengisi

Faktanya, sampai saat ini, Liga Inggris belum pernah sekalipun digelar tanpa ada Liverpool atau Everton didalamnya. Jadi bisa dibilang, kota Liverpool selalu hadir dalam setiap musim Liga Inggris.


Itulah sedikit fakta tentang Derby Merseyside, satu hal yang dapat kita ambil dari Derby merseyside ini adalah sikap respect dari kedua supporter ini. Meski mereka berbeda warna namun mereka saling mengisi satu sama lain. Kubu Everton juga ikut mengecam surat kabar The Sun, karena pemberitaan surat kabar itu yang menyudutkan supporter atas tragedi Hillsborough. Begitu juga Liverpool, sebuah kejadian kriminal dimana seorang bocah supporter Everton tertembak. Pihak Liverpool FC mengundang keluarga korban untuk menyaksikan salah satu partai Liga Champions di Anfield. sesaat sebelum pertandingan dimulai, keluarga korban memasuki rumput Anfield, semua supporter Liverpool bertepuk tangan dan menyanyikan lagu khas Everton sebelum akhirnya You'll Never Walk Alone bergema di Anfield. Meski sejak era 90'an, derby ini menjadi semakin sengit dan panas, namun selalu ada darah mengalir dalam warna keduanya.

You'll Never Walk Alone...

Makna Lagu You'll Never Walk Alone

Friday, November 8, 2013


With hope in your heart, and you'll never walk alone... you'll never walk alone... Itulah sedikit kutipan dari lagu You'll Never Walk Alone. Sebenarnya lagu ini sama seperti lagu-lagu klasik lainnya, namun apa yang membuat lagu ini beda? Ya buat saya lagu ini emang spesial, kenapa? karena lagu You'll Never Walk Alone atau yang sering disingkat YNWA ini merupakan lagu yang identik dengan Liverpool FC. Meski bukan hanya Liverpool FC yang menjadikan lagu ini sebagai lagu wajib klub, namun lagu YNWA ini sepertinya memang lebih dekat ke Liverpool FC. Bahkan, di logo klub, Liverpool menyematkan kata You'll Never Walk Alone di bagian atas lambang Liverbird yang menjadi ikon kota Liverpool. Namun kali ini saya tak ingin mengulas lagu ini dengan Liverpool FC secara khusus, karena menurut saya, lagu YNWA ini punya makna yang luas dalam lingkup kehidupan kita. Biar lebih jelas, mari kita simak lirik lagu You'll Never Walk Alone berikut ini.

You'll Never Walk Alone

When you walk through a storm


Hold your head up high
And don't be afraid of the dark
...At the end of the storm
There's a golden star (sky)
And the sweet silver song of a lark





Walk on...
Through the rain...
Walk on...
Through the rain
Walk through the wind
And your dreams be tossed and blown...





Walk on... (walk on)
Walk on... (walk on)
With hope (with hope)
In your heart...
And you'll never walk alone
You'll never walk alone.
Alone...




Ya itulah lirik lagu yang menjadi lagu kebangsaan Liverpool FC, sederhana namun memiliki makna yang luas. Lalu apakah lagu ini ada sangkut paut nya dengan sepak bola? Jawabnya, tidak! Namun bila kita perhatikan liriknya, maka kita akan mengerti mengapa Liverpool menjadikan lagu ini sebagai lagu kebangsaan mereka. Sepak bola bukan sekedar menendang bola dan menjebol gawang lawan, di sepak bola terdapat kerja sama, perasaan, kejatuhan, kejayaan, emosional dan tentunya pahitnya kekalahan serta manisnya kejayaan. Menurut saya lagu ini cukup mewakili segala apapun yang ada di dunia ini termasuk untuk urusan sepak bola. Di lagu YNWA ada harapan, kepercayaan, mimpi dan tantangan.

You'll never walk alone yang mungkin bila diartikan kedalam bahasa Indonesia berarti "Kau tak pernah berjalan sendirian" atau bisa lebih kita singkat menjadi "Kau tak akan pernah sendirian". Dari judul diatas tentu kita dapat mengembangkan artinya, ya begitu juga dengan sepak bola yang tak mungkin dimainkan sendirian. Dan seperti yang saya utarakan diatas tadi, dalam sepak bola kita akan menemukan sebuah pengorbanan, kegagalan dan kejayaan, dan ingat itu sema kita lalui bersama. Jadi menurut saya lag ini sebenarnya sebuah lagu yang mengngatkan kita secara umum agar kita yakin karena masih banyak orang-orang disekitar kita yang pastinya ada disamping kita dikala kita senang maupun sedih sekalipun. Dan percayalah, tak ada keberhasilan yang dicapai dengan egois dan individualisme, lagu YNWA ini telah mengajarkan kita bagaimana seharusnya hidup dalam lingkup kebersamaan.

With hope in your heart and you'll never walk alone....

Liverbird Di Jersey Liverpool FC


Lambang ‘Liver Bird’ pertama kali muncul di seragam Liverpool FC pada partai final Piala FA tahun 1950. Lambang yang secara signifikan telah menjadi bagian dari perjalanan panjang Liverpool FC. Lambang Liverpool ini mengalami perubahan pertama pada musim kompetisi 1955/56 dimana gambar ‘Liver Bird’ berada di dalam lingkaran ouval dan tulisan L.F.C berada di bawah ‘Liver Bird’. Lambang versi ini bertahan sampai tahun 1968.
Pada tahun 1968 diambil keputusan untuk memperkenalkan lambang klub yang lebih modern. Lambang ‘Liver Bird’ langsung disulam ke seragam pemain dengan menyingkirkan garis pijakan pada kaki ‘Liver Bird’ dan menghilangkan lingkaran ouval. Lambang ini bertahan sampai tahun 1987, dimana pada tahun 1985 sponsor seragam berubah dari UMBRO kepada ADIDAS.

Seiring dengan perubahan sponsor seragam, maka lambang Liverpool pada tahun 1987 mengalami perubahan yang ke 3. Lambang ‘Liver Bird’ kembali berada di dalam tameng seperti lambang Liverpool FC yang pertama, tetapi kali ini penulisan Liverpool Football Club di bawah ‘Liver Bird’ tidak di singkat. Lambang ini bertahan sampai tahun 1992, dimana Liverpool FC akan mengadakan perayaan hari jadi yang ke 100 tahun.
Untuk merayakan 100 tahun Liverpool FC, lambang klub mengalami perubahan yang cukup signifikan. Penambahan ornamen ‘Shankly Gates’ dengan tulisan ‘You’ll Never Walk Alone’ di atas tameng ‘Liver Bird’ dimaksudkan untuk mengingatkan jasa manajer Bill Shankly yang telah menjadi pondasi kokoh bagi Liverpool FC. Di dalam tameng terdapat tulisan Liverpool Football Club 100 tahun dan lambang ‘Liver Bird’. Kemudian di bawah tameng ada tulisan angka 1892-1992.

Tahun 1993 lambang klub kembali berubah dengan penambahan kobaran api kembar di kedua sisi tameng ‘Liver Bird’. Kobaran api kembar ini untuk mengenang para Liverpudlian yang menjadi korban pada tragedi Hillsborough. Lambang Liverpool terakhir ini tidak banyak mengalami perubahan sampai dengan tahun 1999. Lambang Liverpool FC yang sekarang ini dibuat pada tahun 1999 hanya dengan komposisi 2 warna. Tetapi sejak tahun 2002, lambang Liverpool FC dibuat dengan ‘full colour’ seperti sekarang ini.

Tahun 2012 Liver Bird lagi-lagi mengalami perubahan. Bukan perubahan sebenarnya, hanya lambang Liver Bird dikembalikan ke era kejayaan Liverpool. Kembali ke masa 1968 dimana Liver Bird bebas tanpa tameng dan lebih simpel. Dan pada tahun 2012 juga Liverpool cerai dengan Adidas sebagai penyedia jersey, Liverpool menggaet apparel baru yaitu Warrior.

The Kop Pledge


The kop pledge, bisa dikatakan sebuah janji setia para pendukung Liverpool FC atau yang biasa disebut The Kop. Dukungan yang setia dari supporter mungkin adalah hal yang lumrah dan memang seperti itulah seharusnya. Namun bagi The Kop, dukungan itu bukan sekedar datang dan menyaksikan tim kesayangannya bertanding. Lebih jauh, The Kop Pledge menjadi sebuah ikrar bagi supporter Liverpool FC, dimana dalam tiap bait nya terasa sekali bagaimana bentuk kesetiaan itu sangat penting bagi The Kop. Bukan hanya untuk tim, tetapi The Kop juga menghargai bagaimana lawan mereka bermain.

Berikut isi bait dari The Kop Pledge:

- Always support the team, no matter how bad they are playing
- If the team is doing badly, cheer even louder as they need your support more
- If a player is struggling, sing his name louder and more often as he need it
-If the opposition are the better side and perform well, appreciate it and give them the credit they are due.

Yang bila diartikan kedalam bahasa indonesia, kurang lebih seperti ini terjemahannya:

- Selalu mendukung klub seburuk apapun mereka bermain
- Saat tim bermain buruk, bernyanyilah lebih keras, karena saat itulah mereka membutuhkan dukungan kita lebih banyak
- Bila ada pemain yang bermain buruk, nyanyikanlah namanya karena dia sangat membutuhkannya
- Jika lawan bermain bagus, berikanlah apresiasi dan kredit yang memang layak mereka dapatkan.


Pada point pertama dan kedua, sangat jelas bagaimana The Kop mendukung sepenuhnya kepada tim, tak memperdulikan seperti apa keadaan tim saat bertanding. Loyalitas The Kop menjadi hal yang patut diacungi jempol. Dan faktanya, meski Liverpool FC telah lama tak mengecap gelar Liga premier Inggris, pendukung Liverpool FC tetap setia, terlebih selalu bertambah jumlahnya. Pada point ketiga, dimana The Kop sangat menghargai dan menghormati bagaimana para punggawa Liverpool FC berusaha. The Kop selalu memberi kredit bagi setiap pemain, tak peduli dalam situasi apapun, The Kop selalu bernyanyi untuk sang pemain meski si pemain bermain buruk. Hal ini terlihat saat Luis Suarez tersandung kasus Rasial dengan Evra, dimana The Kop dengan setia membela Suarez dengan tanpa henti. Selanjutnya point keempat, The Kop bukan saja menggilai Liverpool FC tanpa melihat fakta, disinilah apresiasi The Kop untuk lawan diberikan bila memang lawan bermain bagus. Biar bagaimana pun, ini adalah olahraga dan pertunjukan, tak ada hal yang lebih indah dari kita bila kita bisa menghargai lawan bertanding kita.

Itulah sedikit gambaran tentang The Kop Pledge, sebuah janji/ikrar setia para supporter Liverpool FC. Buktikan kalau kita adalah supporter yang dewasa dan tahu bagaimana memberi dukungan yang benar, salam YNWA.