Hey Bill, Terima Kasih

Thursday, November 21, 2013


Desember 1959, seorang pria yang sepertinya ambisius datang ke kota Liverpool. Dan sepertinya dia sadar, dia berada di sebuah tempat kelas dua di kota yang sekarang dipijak tepat diatas kakinya. Dia juga sangat sadar, di kota ini tak ada teman atas antusias yang dia bawa. Tak ada yang peduli dengan kedatangannya, atau mungkin memang tak penting untuk dipedulikan. Tapi, dia tak bergeming, dan tetap melanjutkan rasa antusias nya dan membawanya memasuki kota yang kelak dia yakin menjadi sebuah kota yang besar dalam jagat sepak bola dunia. Pria ini tak hanya membawa sekeranjang keyakinan, namun dia juga menyiapkan sekarung pemikiran yang akan membawa perubahan dalam memandang sebuah pertandingan. Pria ini yang memaksa kebanggaan dalam hati tiap prajurit dengan logo burung liver di dadanya. Namun itu semua tak cukup, seakan seisi kota lebih pesimistis dari yang "mungkin" ia bayangkan. sekali lagi, dia tak bergeming, dan berjalan sesuai keyakinannya untuk sebuah kebanggaan atas ribuan warga kota dan fans hingga kini.

Bill, ya pria itu bernama Bill, pria sosialis yang tak pernah lepas sedikitpun dari permasalahan sepak bola. Bill diangkat menjadi manager Liverpool FC yang kala itu bermain di divisi II Liga Inggris. Mungkin saat itu banyak yang meragukan tentang kualitas Bill, maklum sebelumnya Bill juga bukan seorang pelatih klub besar, Bill direkrut dari klub Huddersfield yang kala itu berada satu divisi diatas Liverpool FC. Awal yang mencengangkan, Bill merevisi pasukannya, dan hasilnya, kurang lebih 24 pemain dipecat dan Bill mendatangkan beberapa pemain yang menurutnya lebih berkualitas. Hal ini jelas merupakan tindakan gila, 24 orang bukanlah sedikit, orang sebanyak itu bisa untuk membuat 2 tim sepak bola, dan lagi-lagi dia terlalu keras untuk dicegah. Dia menggantinya dengan pemain yang berkualitas, dan hampir setiap musimnya Bill selalu bertengkar dengan staff direksi klub demi menuntut perbaikan di tiap sudut klub ini. Bukan hanya pasukannya, semua hal tak luput dari pantauan Bill, mulai dari tempat latihan, porsi makan, program diet dan bagaimana melakukan istirahat yang benar. Ketika semua itu telah berjalan sesuai keinginannya, saat itulah sebuah pondasi kokoh telah ia bangun untuk sebuah klub yang menjadi kebanggaan Merseyside saat ini.

Bill, memimpin Liverpool kembali ke kasta tertinggi persepakbolaan Inggris, pass and move yang menjadi senjata ampuh milik Bill mulai menebar ancaman buat klub-klub lain. Belum puas, Bill tetap saja berdebat setiap musimnya untuk meminta perbaikan dalam tubuh tim, dia mencari sendiri bakat-bakat muda pesepak bola. menanamkan kebanggaan pada setiap pasukannya, jelas Bill sadar akan makna sebuah kebanggaan. Bila seorang berjalan dengan sebuah kebanggaan, maka tak akan ada hal yang dapat menghalangi langkah orang tersebut. Dan dia juga meyakinkan kepada seisi warga kota tentang kebanggaan dan pentingnya menjadi yang terbaik. Dalam suatu ketika, Bill pernah berujar “Jika saya jadi tukang sampah, maka saya akan jadi tukang sampah terbaik di Liverpool. Saya akan buat Liverpool jadi kota terbersih di dunia. Saya akan mengajak semua tukang sampah bekerja sebaik mungkin, dan saya akan pastikan mereka dibayar dengan pantas. Tapi mungkin ada orang yang bertanya, buat apa menghargai tukang sampah atas pekerjaan yang semua orang bisa lakukan? Tapi saya akan bertanya balik, mengapa mereka menganggap diri mereka lebih penting dari tukang sampah? Saya akan bertanya seberapa bangga mereka jika kota mereka jadi kota terbersih di dunia? Dan siapa yang akan membuat mereka bangga? Tukang sampah,” ujar Bill dalam satu wawancara.

Liverpool FC berubah menjadi klub yang penuh harapan, dan kini suppoter mulai yakin dengan apa yang telah dilakukan Bill, puncaknya ketika Liverpool berhasil promosi ke divisi 1 pada 1961/1962 dan merebut juara liga pada musim 1963/1964. Tak sampai disitu, Bill juga mengantarkan Liverpool berlaga di kompetisi Eropa dan menjadi salah satu klub yang paling disegani di daratan Eropa dan mulai terkenal di dunia. Hingar bingar Liverpool FC dikancah sepak bola telah merubah kota yang dulu tak mempunyai antusias menjadi kota dengan salah satu klub sepak bola terbaiknya. Setelah 15 tahun Bill membangun Liverpool dengan penuh kejujuran dan kebanggaan, akhirnya Liverpool FC dan Bill berpisah, setelah mempersembahkan gelar piala FA ditahun 1974, Bill benar-benar pensiun dan menunjuk Bob sebagai penggantinya. Namun Bill tak sepenuhnya hilang dari Liverpool, Bill masih sering terlihat ketika tim sedang berlatih, lengkap dengan pakaian seorang pelatih. Hal ini jelas tak mengenakan Bob yang telah resmi menggantikannya, ini jelas mengganggu kinerja Bob yang memang kini lebih berhak untuk mengatur klub. Hingga akhirnya Bill tak boleh lagi mengunjungi Melwood, sebuah tempat yang dulu ia bangun dengan tangannya sendiri.

Meski begitu, Bill masih sering menyaksikan Liverpool FC bertanding, awalnya Bill masih sering terlihat duduk ditribun direksi, namun lama-kelamaan Bill harus menepi dan menyaksikan Liverpool dari tribun The Kop. Tak ada lagi keributan di tiap musimnya dengan para direksi klub, dan yang sangat disesalkan adalah tak adanya tawaran untuk Bill untuk sekedar menduduki jabatan sebagai direksi. Untuk sekedar mendapatkan tiket pertandingan pun, Bill pernah menulis dalam buku biografinya, "Tentu saya akan senang bila diundang untuk menyaksikan laga tandang ke klub lain, namun saya menunggu, dan menunggu, dan menunggu sampai saya lelah menunggunya". Hal yang tak baik tentunya mengingat betapa besar Bill telah membangun suatu pondasi yang kokoh dalam tubuh Liverpool FC.

7 tahun setelah Bill pensiun, peristiwa besar dalam perjalanan Liverpool FC terjadi. Bill seorang yang antusias, jujur dan mempunyai kebanggaan yang tinggi terhadap Liverpool telah meninggal dunia. Di usi 68 tahun, seorang pria yang dahulu tak pernah digubris,  hingga akhirnya dia membuat perubahan besar pada Liverpool FC, dan tentu juga perubahan pada kota Liverpool secara umum, kini telah tiada. 11 bulan setelah kepergian Bill, sebuah gerbang disalah satu sisi stadion Anfield didedikasikan untuk mengenang betapa berjasanya seorang Bill. Dan untuk melengkapi kebanggaan nya, dibangunlah sebuah patung Bill di sebuah sisi Anfield Stadium dengan gestur terkenalnya yang membentangkan kedua tangannya.

Dalam hal sepak bola, tak ada yang mengalahkan Bill, dimanapun Bill berada, maka garis wajahnya seakan mengisyaratkan tentang si kulit bundar. Begitulah kisah tentang Bill, kisah seorang pria dengan tekat dan kebanggaan terhadap klub yang ia cintai LIVERPOOL FC. Seorang manager klub yang menjadi idola para fans, bahkan mungkin pada era Bill, tak ada pelatih yang dicintai supoorter nya layaknya Bill. Houlding mungkin yang pertama kali membangun Liverpool FC, tapi Bill yang menyempurnakan apa yang dibangun Houlding, bila tak ingin disebut, pembangun baru Liverpool FC. Hey Bill, kami merindukan mu, terima kasih Bill untuk segala kebanggaan yang telah kau tanamkan kepada kami, kepada para kopites. Mungkin kami tak pernah mengenal mu secara langsung, bahkan kami tak hidup dimasa ketika kamu membangun klub ini, tapi kami jelas menghargaimu Bill.

Hey Bill... Terima Kasih... You'll Never Walk Alone





Sumber cerita: Berbagai sumber

0 komentar:

Post a Comment