No Place Like Rome, Ujian Joe Fagan Dan Gelar Ke-4 Liverpool Di Eropa

Wednesday, April 9, 2014


Piala Champion 1984, Liverpool FC kembali tampil di final untuk yang keempat kalinya. Pada final yang di helat di Stadion Olympico Roma, Liverpool berhadapan dengan AS Roma. Ini jelas merupakan pertandingan yang berat, selain karena partai final, tempat diselenggarakan partai ini merupakan kandang dari AS Roma, lawan Liverpool di final. Liverpool berhasil masuk ke Liga Champion karena berhasil menjuarai Liga Inggris di tahun 1982/83. Sejatinya, Olympico bukanlah stadion pertama yang disambangi oleh Liverpool, pada tahun 1977, di partai final pada ajang yang sama, Liverpool FC pernah merasakan kemenangan di Olympico, namun kala itu lawannya juga tim dari luar Italia.

No Place Like Rome, menjadi slogan yang tepat untuk menandakan kemenangan kedua Liverpool FC di Olympico dan gelar ke empat Liga Champion. Keraguan berada di pihak Liverpool, selain karena saat itu Liverpool sedang peralihan kursi kepelatihan dari Bob Paisley ke Joe Fagan, Liverpool juga harus bertarung menghadapi tuan rumah yang sesungguhnya. Pada perhelatan 1984, Liverpool FC harus melewati 4 fase untuk bisa sampai di Final.

Di fase pertama, Liverpool menghadapi wakil dari Denmark Odense. Dalam pertandingan ini, Liverpool FC tak menemui kesulitan yang berarti. Leg pertama yang di gelar di kandang Odense, Liverpool berhasil menang dengan skor 1-0. Dan berikutnya, leg kedua yang di gelar di Anfield, Liverpool berhasil mencukur tim tamu dengan 5 gol tanpa balas. Agregat 6-0 memastikan Liverpool FC ke fase berikutnya, lawannya adalah Athletic Bilbao. Pada pertandingan di fase ini, Liverpool FC di buat kesulitan, leg pertama yang di selenggarakan di Anfield berakhir dengan skor 0-0. Hal ini mengerikan, karena leg kedua akan di lakukan di San Mames kandang Bilbao. Saat itu Bilbao punya rekor bagus bermain dikandang, namun berkat pengalaman di Eropa, Liverpool berhasil mengatasi Bilbao dengan skor tipis 1-0, gol di ciptakan oleh Ian Rush. Kemenangan Liverpool terhadap Bilbao di San Mames cukup untuk menghantarkan Liverpool ke fase selanjutnya.

Di perempat final, Liverpool menghadapi raksasa Portugal, Benfica. Leg pertama Liverpool bermain di Anfield, Liverpool berhasil mengalahkan Benfica dengan skor tipis 1-0. Hasil itu memaksa Liverpool FC untuk tidak tenang di leg kedua yang akan digelar di Estadio Da Luz, Benfica. Namun lagi-lagi Liverpool berhasil mengatasi lawannya di laga tandang, Liverpool berhasil menang dengan skor meyakinkan 4-1, dan menjadikan agregat menjadi 5-1. Liverpool FC berhasil maju ke fase berikutnya. Di fase selanjutnya yang merupakan semifinal, Liverpool FC berhadapan dengan juara Rumania Dinamo Bucuresti. Pertandingan leg pertama yang di gelar di Anfield berjalan cukup keras, namun akhirnya Liverpool berhasil mengatasi perlawanan Dinamo Bucuresti dengan skor 1-0. Di leg kedua yang dilakukan di Rumania, Liverpool berhasil melumat Dinamo Bucuresti dengan skor 2-1, dan menjadikan agregat 3-1 dan membawa Liverpool FC ke final untuk yang ke empat kalinya.

30 Mei 1984, Liverpool FC menghadapi AS Roma di partai puncak. Keadaan sepertinya akan berpihak kepada AS Roma sebagai finalis sekaligus diuntungkan karena laga itu di helat di kandang mereka, Stadion Olympico. Di hadapan 69,693 penonton, Liverpool FC berhasil unggul lebih dulu lewat kaki Phil Neal di menit '13. Namun di penghujung babak pertama, AS Roma berhasil menyamakan kedudukan lewat gol yang di ciptakan oleh Roberto Pruzzo. Di babak kedua tak ada satu gol pun yang tercipta, dan pertandingan terpaksa dilanjutkan dengan perpanjangan waktu. Di masa perpanjangan waktu pun tak ada satu gol yang tercipta, dan memaksa pertandingan dilanjutkan dengan tendangan penalti. Pada laga ini lah Bruce Grobbelaar mencoba memecah konsentrasi pemain Roma dengan gerakan menggoyang-goyangkan kakinya saat penalti diambil oleh pemain Roma. Grobbelaar berhasil, setelah tendangan Graziani melambung diatas mistar gawang, kemudian Alan Kennedy berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. 4-2 Liverpool berhasil menuntaskan perlawanan Roma dan menjadi juara untuk yang keempat kalinya.

No Place Like Rome, yaa... kota Roma telah mendatangkan 2 piala Champion untuk Liverpool. 30 Mei 1984 menjadi tanggal yang bersejarah, menjadi tanggal yang indah buat fans Liverpool FC. Namun ada kejadian yang tak mengenakan, dimana fans Roma yang tak terima dengan kekalahan ini mencoba menyerang fans Liverpool di luar stadion. Ada laporan yang mengatakan, fans Roma menyerang fan Liverpool dengan botol, bom asap, batu, dan beberapa penusukan. Peristiwa ini yang nantinya akan memicu kejadian tragis setahun sesudahnya di Stadion Heysel, Belgia.


Sumber: Wikipedia, liverpool19.wordpress.com, dan berbagai sumber

0 komentar:

Post a Comment