Bruce Grobbelaar, Final 1984 Dan Efeknya Di Final 2005

Tuesday, March 25, 2014


Bruce Grobbelaar, penjaga gawang eksentrik ini memperkuat Liverpool FC dari tahun 1981-1994. 13 tahun berkarir di Anfield, Bruce mempersembahkan 6 gelar Liga Inggris, 3 Piala FA, 3 Piala Liga dan 1 trofi Liga Champion. Bruce datang ke Anfield sebagai pengganti Clemence, hal ini merupakan sebuah beban tersendiri buat Bruce lantaran Clemence merupakan kiper terbaik Liverpool saat itu. Debut Bruce Grobbelaar sendiri tak berakhir bagus, Bruce harus mencatat kekalahan di partai debutnya kala Liverpool harus menyerah 1-0 dari Wolverhampton. Bukan hanya itu, di awal karir bersama Liverpool, Bruce banyak melakukan kesalahan, pernah Paisley sampai memanggil Bruce secara pribadi dan memarahinya. Ketika itu ketika Liverpool harus menyerah dari Manchester City 3-1 di laga boxing day 1981. Sepertinya Paisley berhasil menyadarkan Bruce, setelahnya penampilan Bruce membaik dan terus membaik hingga posisinya tak tergantikan.

Bruce bukan hanya piawai membendung bola-bola yang datang ke arah gawangnya, Bruce juga terkenal sangat vocal saat berada dilapangan. Sering Bruce berteriak memarahi kawannya untuk lebih siap dalam menjaga daerah pertahanannya. Bruce sempat bersitegang dengan Jim Beglin saat final Piala FA 1986 vs Everton. Dan mungkin yang paling terkenal adalah saat Bruce bersitegang dengan Steve McMannaman. Namun mental juara dan kegilaan Bruce yang paling kita ingat dari segala hal yang ada pada Bruce Grobbelaar. Kegilaan Bruce yang paling terkenal adalah saat memprovokasi pemain AS Roma saat final Liga Champion 1984, gerakan kaki yang seakan gemetar menjadi sebuah mark dari Bruce.

Spaghetti leg, begitu orang-orang menyebut gerakan unik kala Bruce mencoba memprovokasi penendang AS Roma kala itu. Sejatinya tak ada satupun tendangan pinalti pemain Roma yang dapat di blok oleh Bruce, meski faktanya bola itu melambung diatas mistar. Lalu apa yang membuat Spaghetti leg ini begitu terkenal? Jawabanya ada pada Jerzy Dudek ketika Liverpool harus adu pinalti di final Piala Champion 2005 di Istanbul. Ya, kala itu lawan yang harus dihadapi adalah AC Milan, klub dari negara yang sama dengan AS Roma. Dudek mengikuti gaya Bruce dengan kaki gemetarnya, dan hasilnya... Dudek mampu menepis tendangan Shevchenko dan memastikan gelar Champion ke-5 bagi Liverpool. Meskipun Bruce tak pernah menepis pinalti pemain Roma, namun Bruce telah menginspirasi seorang Dudek untuk melakukan hal serupa dan dapat melakukannya dengan lebih baik.

Kita tak perlu mencari-cari terlalu banyak pertandingan untuk membuktikan betapa Bruce begitu hebat. Kita cukup menyaksikan bagaimana Bruce mengawal gawang Liverpool di final Champions 1984, dan final Piala FA 1986 versus Everton. Final Champions mungkin yang terberat, 1984 final Champion di gelar di Olympico yang merupakan kandang dari AS Roma. Saat hasil akhir 1-1 dan harus dilanjutkan dengan tendangan pinalti, sepertinya sulit untuk Liverpool untuk memenangi pertandingan, secara Olympico adalah kandang mereka dan mental pemain Roma jelas lebih mendukung. Namun bila kita saksikan betapa santai dan relax nya Bruce ketika menghadapi tendangan pinalti pemain Roma jelas itu menunjukan kalau Bruce tak terpengaruh dengan tekanan fans tuan rumah. Sebelum tendangan terakhir pemain Roma, Bruce berjalan santai ke arah gawang dan memberi senyuman ke arah kamera, lalu... Spaghetti legs yang terkenal itu justru berhasil membuat lawan tak mampu mengeksekusi tendanganh dengan baik. Di partai final Piala FA sekali lagi Bruce menunjukan semangat dan mentalnya. Liverpool tertinggal lebih dulu sebelum akhirnya dapat membalikan keadaan menjadi 3-1 dan menjuarainya.

Kembali ke efek 2005, gerakan Bruce punya andil besar terhadap mental seorang Dudek dan beberapa pemain Milan terutama Shevchenko sebagai penendang terakhir. Gerakan yang dibuat Dudek lebih liar dari yang diperbuat oleh Bruce di final 1984, namun dalam hal memprovokasi gerakan itu sama berhasilnya. Jadi mungkin tak berlebihan bila gelar ke-5 Liverpool di Liga Champion 2005 terselip jasa Bruce Grobbelaar yang menginspirasi Dudek dengan "goyangan kaki" nya. Berikut beberapa data dan fakta tentang Bruce Grobbelaar si penjaga gawang eksentrik milik Liverpool FC.

- Bruce Grobbelaar lahir di Durban, Afrika Selatan, namun Bruce lebih memilih Zimbabwe sebagai kewarganegaraannya.
- Bruce Grobbelaar telah mencatatkan caps sebanyak 628 bersama Liverpool dengan 6 gelar Liga Inggris, 3 Piala Liga, 3 Piala FA dan 1 gelar Liga Champion.
- Tahun 1994 Bruce pernah di tuduh The Sun (don't buy the sun) dalam pengaturan skor, namun Bruce bersikeras tak bersalah. Setelah 2 tahun mengumpulkan bukti, akhirnya Bruce membuktikan kalau dirinya tak bersalah dan menuntut balik The Sun atas pencemaran nama baik.
- Bruce sebenarnya akan menandatangani kontrak dengan West Bromwich Albion di tahun 1978, namun gagal karena tak mendapatkan izin kerja saat itu.




Sumber: indonesia.liverpoolfc.com, chirpstory.com, wikipedia, dan berbagai sumber

Anfield Stadium 1906-1998

Sunday, March 23, 2014


Anfield Stadium, adalah kandang dari Everton dalam kurun waktu 1884-1892. Perselisihan dengan John Houlding sebagai pemilik stadion yang menaikan harga sewa membuat Everton keluar dari Anfield. Pada awal berdiri, Anfield hanya berkapasitas sekitar 20,000 tetapi dimasa-masa awal hanya 100-an penonton yang menyaksikan Liverpool FC buatan John Houlding bertanding.

Baru pada tahun 1906, Anfield direnovasi, arsitek Archibald Leitch ditugaskan untuk merancang Anfield yang baru. Pada pembangunan inilah Anfield membuat sebuah stand yang diberi nama Spion Kop, penamaan ini diusulkan oleh Ernest Edwards seorang editor olahraga dari Liverpool Post & Echo. Sejarah dibalik penamaan Spion Kop, adalah guna menghormati warga lokal yang banyak tewas dalam perang Boer di Afrika Selatan 24 Januari 1900. Spion Kop sendiri merupakan sebuah nama bukit, yang bila dalam artian harfiah berarti Bukit Spy.

Seminggu sebelum dimulainya kompetisi musim 1906-1907, Liverpool Echo memberitakan tentang perubahan di Anfield Stadium. Dinding dengan bata mewah, empat gerbang besar di keempat sisinya serta berbagai pintu masuk. Hal ini dimaksudkan agar akses keluar dan masuk dapat dengan mudah bagi pengunjung. Berikutnya, Anfield juga di desain agar ramah dengan sudut pandang penonton, sehingga semua penonton dari tribun manapun dapat dengan jelas menyaksikan pertandingan. Perbaikan berlanjut ditahun 1928 ketika tribun The Kop dibangun sebuah atap diatasnya.

1959 Shankly mengambil alih kursi manager Liverpool, kehadiran Shankly membawa angin segar bagi Liverpool. Antusias penonton mulai bertambah, dan tercatat 29,000 penonton menghadiri Anfield rata-rata di Divisi 2. Shankly yang menanamkan rasa kebanggaan bagi warga kota Liverpool akan klub sepakbola nya, dan mengajarkan betapa pentingnya kebanggaan terhadap Liverpool.

1 September 1992, Tribun Centenary telah siap, tepat 100 tahun setelah pertandingan pertama dimainkan di Anfield. Pada tahun 1994, tribun berdiri Spion Kop yang terkenal itu berubah, tribun berdiri dihilangkan dan semuanya kini menggunakan kursi. Hal ini untuk menyesesuaikan dengan aturan baru paska tragedi Hillsborough. Dan pada 1998, bangunan baru berdiri diatas tribun Anfield Road.


Data dan fakta Anfield Stadium

Jumlah penonton terbanyak 61,905 2 Februari 1952. Liverpool melawan Wolves dengan kemenangan 2-1 untuk Liverpool pada putaran ke-4 Piala FA.

Pertandingan pertama Liverpool di Anfield terjadi pada 1 September 1892, ketika itu Liverpool berhadapan dengan Rotherham Town. Pertandingan ini sendiri hanya persahabatan dan dimenangkan oleh Liverpool dengan skor 7-1. Saat itu hanya ada 100 penonton di Anfield Stadium.

Pertandingan kompetitif pertama Liverpool yang digelar di Anfield adalah ketika Liverpool berhasil mengalahkan Higher Walton 8 gol tanpa balas dalam gelaran Lancashire League. Pertandingan yang dilaksanakan pada 3 September 1982 itu disaksikan sekitar 200 penonton.

Rekor lain Liverpool di Anfield adalah 85 pertandingan tak terkalahkan, pada rentang waktu 7 Februari 1978 sampai 31 Januari 1981.


Capacity: 
Main stand = 9,575 
Paddock = 2,454 
Anfield Road = 9,116 
Centenary stand = 11,411 
Kop = 12,390 
Executive boxes = 344 
Handicapped spaces = 80 
Total = 45,370




Sumber: lfchistory, wikipedia, berbagai sumber

Jon-Paul Gilhooley, Salah Satu Fans Terbaik LFC Dalam Tragedi Hillsborough

Saturday, March 22, 2014


Justice For The 96, yap, kalimat ini sangat familiar sekali bagi fans Liverpool FC. Banner dan bendera dengan tulisan serupa sering kita temui setiap kali Liverpool FC bertanding. Sebuah tragedi yang akan selalu dikenang. Sebuah tragedi yang memakan begitu banyak korban dalam ranah persepakbolaan dunia, dan Inggris khususnya. Saya tak akan mengulas bagaimana tragedi ini terjadi, atau membeberkan bagaimana akhirnya kebenaran tentang tragedi ini terkuak. Kebenaran telah terungkap dengan banyaknya fakta yang sebelumnya disembunyikan. Namun kepedihan kami (Fan Liverpool FC) akan terus terkenang untuk mengingat mereka yang meninggal dalam tragedi ini. JUSTICE FOR THE 96....

Will, sebuah nama sekaligus judul sebuah film yang mendokumentasikan perjuangan seorang bocah yang melakukan perjalanan panjang ke Istanbul untuk meraih impiannya menyaksikan final Liga Champion antara Liverpool vs Milan. Perjuangan Will sangat berat untuk dapat mencapai impiannya, dimana dia harus beberapa menemukan penghalang, tiket palsu, korban pencurian hingga tak mempunyai uang untuk membeli tiket. Tapi itu hanya sebuah film, dan tentu saja itu bukan hal yang benar terjadi. Bila Will adalah inspirasi fiktif kecintaan fans terhadap Liverpool FC, maka Jon-Paul adalah fakta nyata kecintaan seorang bocah terhadap Liverpool FC.

Joh-Paul, salah satu korban dalam tragedi Hillsborough, seorang bocah dan salah satu fans terbaik milik Liverpool FC. Seorang bocah yang kala itu masih berumur 10 tahun, harus meninggal dalam tragedi Hillsborough. Joh-Paul Gilhooley, adalah sepupu dari legenda Liverpool FC, Steven Gerrard. Joh-Paul yang mendapat tiket di menit-menit akhir pertandingan justru harus menjadi korban dalam tragedi ini. Joh-Paul kecil adalah seorang Kopites sejati, dia senang berada di Anfield kala Liverpool FC bertanding, namun semi final FA adalah sebuah kebanggaan, hadir menyaksikan pahlawan Anfield bertanding adalah sebuah kebanggaan seorang Jon-Paul. Namun apa yang setelahnya terjadi adalah kesedihan, Jon-Paul tak pernah pulang kerumah paska tragedi Hillsborough.

Sebelumnya Joh-Paul sempat kecewa karena tak dapat menyaksikan Liverpool FC bertanding di semifinal melawan Sheffield, sebagai gantinya Joh-Paul dibawa untuk pergi berenang, namun kemudian ibu Jon-Paul mengabarkan bahwa dia mendapatkan tiket untuk ke pertandingan itu. Dan akhirnya Jon-Paul pergi ke pertandingan itu hingga akhirnya tak kembali lagi. 15 April 1989, sebuah luka bagi Liverpool FC secara umum, tragedi ini menjadi sebuah mimpi buruk bagi keluarga besar Steven Gerrard, Jon-Paul Gilhooley yang tak lain adalah sepupu Gerrard meninggal dalam tragedi itu. Dalam satu tulisan di biografinya, Steven Gerrard menuturkan salah satu alasan Gerrard ingin menjadi seorang pemain sepakbola adalah karena Jon-Paul. Steven Gerrard berkata, "Aku bermain untuk Jon-Paul". Dan kini kau telah membuat nya bangga kapt!!

Jon-Paul bukanlah satu-satunya korban, namun dia menjadi yang paling muda diantara semua korban. Jon-Paul mungkin juga bukanlah yang paling sering terlihat di Anfield, namun apa yang telah terjadi jelas membuka mata kita betapa pentingnya Liverpool FC bagi seorang Jon-Paul. Setelah lama para keluarga korban menderita atas tragedi yang memilukan itu, tudingan terhadap kami sebagai biang dari semua ini adalah hal terberat. Namun kini semua jelas, semua telah terkuak, dan keadilan yang para keluarga korban perjuangkan telah menemui titik terang. Kesalahan aparat dan panitia pelaksana yang tak dapat mengantisipasi membludaknya penonton menjadi penyebab utama.

Selamat jalan Jon-Paul Gilhooley, kami akan selalu mengenang mu sebagai sebuah inspirasi nyata kecintaan fans terhadap klub yang didukungnya.

Untuk lebih lengkap mengenai tragedi Hillsborough, saya menyarankan sebuah link untuk anda kunjungi http://www.hfdinfo.com/



Sumber: Berbagai sumber